} ul.menu {list-style-type:none;width:auto;position:relative;display:block;height:33px;font-size:.6em;background:url("https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTo5dEbq4RnsrLSua78MY0qqEvvPGHDgghCJ8LqkuZPN8g-5izvM1AJVCwTRKQS_PKTTWk2N7NUdT8fhmSWLZn-KMiNZxkpgRPLNlkWIoY32ZfK0CJNCG3ir-z1woe6De92yhXjVkyfaA/s1600/bg.png") repeat-x top left;font-family:Verdana,Helvetica,Arial,sans-serif;border:1px solid #000;margin:0;padding:0;}ul.menu li {display:block;float:left;margin:0;padding:0;}ul.menu li a {float:left;color:#A79787;text-decoration:none;height:24px;padding:9px 15px 0;font-weight:normal;}ul.menu li a:hover,.current {color:#fff;background:url("https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTo5dEbq4RnsrLSua78MY0qqEvvPGHDgghCJ8LqkuZPN8g-5izvM1AJVCwTRKQS_PKTTWk2N7NUdT8fhmSWLZn-KMiNZxkpgRPLNlkWIoY32ZfK0CJNCG3ir-z1woe6De92yhXjVkyfaA/s1600/bg.png") repeat-x top left;text-decoration:none;}ul.menu .current a {color:#fff;font-weight:700;}/*Garis Merah*/ul.menu.red{background-color:#B11718;}ul.menu.red li a:hover, .menu.red li.current {background-color:#DE3330;} .tabs-inner .widget li ul { z-index: 100; position: absolute; left: -999em; height: auto; margin: 0; padding: 0; border: 1px solid #999999; } .tabs-inner .widget li ul, .tabs-inner .widget li ul a, .tabs-inner .widget li ul li:first-child a { -moz-border-radius: 0px; -webkit-border-radius: 0px; -goog-ms-border-radius: 0px; border-radius: 0px; } .tabs-inner .widget li:hover ul, .tabs-inner .widget li.sfhover ul { left: auto; } .tabs-inner .widget li li a:hover, .tabs-inner .widget li li a:active { color: #ffffff; background: rgb(51, 102, 153); } .tabs-inner .widget li ul a { display: block; padding-left: 1.25em; padding-right: 1.25em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; border: none; color: #000000; background: rgb(243, 244, 246); } .tabs-inner .widget li ul, .tabs-inner .widget li ul a { width: 250px; }

November 12, 2013

Pemuridan yang Radikal

Pemuridan yang Radikal
by Robert W. Musung.

Pemuridan adalah hal yang mulai ‘naik daun’ akhir-akhir ini. Banyak gereja dan persekutuan yang sedang gencar menggalakkan pemuridan di lingkungan pelayanannya. Bahkan agama lain pun sudah melihat betapa besar dampak yang bisa dihasilkan dari pemuridan sehingga pola-pola pemuridan pun sudah diadopsi sedemian rupa untuk diterapkan di lingkungan masing-masing. Ada begitu banyak bentuk, nama, dan pola dari pemuridan yang beredar sekarang di masyarakat luas.
Banyak buku yang menuliskan tentang hal ini, banyak bahan tentang hal ini yang bisa kita dapatkan di internet hanya dengan mengetikkan kata ini di situs-situs pencarian yang ada. Pencarian kata “Pemuridan” di situs GOOGLE menghasilkan 84900 temuan. Hal ini membuktikan bahwa frase ini atau kata “Pemuridan” adalah kata yang cukup familiar dan mudah dicari maknanya.Namun apakah pemuridan-pemuridan tersebut sudah tepat dan sesuai dengan apa yang dimaksudkan dan dicontohkan oleh Alkitab dan Yesus?
Pemuridan yang Radikal adalah pemuridan yang kembali ke dasar atau esensi awalnya.Adapun hal-hal dasar atau esensi dari pemuridan adalah, Pertama,Pemuridan bukanlah penginjilan, melainkan merupakan follow Up dan tempat persiapan. Pemuridan berisi sekumpulan orang yang ingin belajar dan bertumbuh keimanannya di dalam Kristus dengan bimbingan seorang guru atau pemimpin yang telah terlebih dahulu melalui proses pemuridan. Mereka yang sudah menerima KRISTUS seharusnya mengikuti pemuridan agar makin kuat dalam pemahamannya dan dapat mempraktekkan kehidupan yang diperbaharui oleh kristus. Pada saatnya mereka juga akan membagikan sukacita yang mereka miliki kepada orang lain dan melakukan pemuridan kepada orang-orang yang telah dibagikan kabar sukacita olehnya.
Kedua, Pemuridan bukanlah soal belajar Firman Tuhan, melainkan soal menghidupi dan diubahkan oleh Firman Tuhan. Belajar Firman Tuhan bisa dilakukan dengan banyak cara, kita bisa belajar melalui khotbah di gereja, buku, film rohani, video di internet, dan sebagainya. Jika soal belajar Firman Tuhan yang mengisi otak kita adalah sesuatu hal, maka menghidupi dan diubahkan oleh Firman Tuhan adalah lain hal. Belajar Firman Tuhan tidaklah menuntut apa-apa yang ‘menyusahkan’ kita, lain halnya dengan menghidupi dan diubahkan yang membutuhkan proses panjang dan menyakitkan untuk bisa melakukan hal tersebut. Pemuridan menyediakan sarana, wadah, dan pertolongan yang tepat untuk melalui proses panjang dan menyakitkan tersebut.
Ketiga, Pemuridan efektif dilakukan dalam kelompok kecil dan bukannya kelompok besar. Pemuridan mengajak setiap anggotanya untuk mempraktekkan Firman Tuhan dan memantau perkembangan setiap anggotanya. Hal ini membutuhkan sumber daya ekstra dari pemimpin atau guru sebuah kelompok pemuridan, karena selain membagikan Firman Tuhan dan mendorong anggota untuk mempraktekkan Firman Tuhan, ia juga berbagi hidup dengan setiap anggotanya. Ia harus menjadi teladan dari setiap anggota kelompok yang dipimpinnya dalam setiap segi kehidupannya, inilah yang dimaksud dengan berbagi hidup. Ia akan berbagi kesuksesan, kegagalan, pengalaman, kesenangan, kesusahan, hobi, dan semua bagian hidupnya, bahkan mungkin itu juga menuntut pengorbanan dana, tenaga, pikiran, perasaan, dan lain sebagainya. Jadi, pemuridan tidak hanya terjadi di saat waktu pertemuan untuk belajar Firman Tuhan saja, melainkan di setiap saat kehidupan, atau dengan kata lain pemuridan adalah bagian hidup dari setiap orang yang menjalaninya. Hal-hal inilah yang menyebabkan pemuridan efektif jika dilakukan di dalam kelompok kecil.
Keempat, Pemuridan bukan tentang menjadi seorang Kristen, melainkan menjadi imitator Kristus.Fokus dari kekristenan seharusnya adalah untuk menjadikan orang imitator Kristus dan bukannya untuk ‘mengKristenkan’ orang. Hal ini senada dengan ucapan seorang teolog Kristen Jerman bernama Dietrich Bonhoeffer yang mengatakan “Kekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus”. Kristen hanyalah sebuah label yang tidak berguna tanpa ada Kristus di dalamnya. Pemuridan adalah alat untuk menjadikan seseorang imitator Kristus, karena selain ada proses belajar didalamnya juga ada proses latihan dan praktek pembelajaran yang dilakukan atas Alkitab. Oleh karena itulah maka fokus dari pemuridan haruslah terletak pada pribadi Kristus dan bukannya pada pribadi guru dan muridnya.
Kelima, Pemuridan membutuhkan ketaatan ekstrim tanpa batas. Bonhoeffer menulis “Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia menawarkannya untuk datang dan mati”. Penaklukan diri dan kerendahan hati adalah hal yang akan menolong proses pemuridan. Setiap orang yang menjalani proses pemuridan harus menaklukkan ego pribadi dan rendah hati dalam setiap pembelajaran yang didapatkan. Kehidupan bersama Kristus hanya bisa didapatkan dengan datang kepada Kristus dan mematikan hal-hal yang menghalanginya. Ego dan nafsu pribadi adalah dosa-dosa yang selalu membawa kita semakin jauh dari keserupaan dengan Kristus, itulah sebabnya maka hal-hal tersebut harus dimatikan.
Keenam, Pemuridan tidak bicara tentang ketaatan pada seperangkat aturan ‘Kristen’ melainkan berbicara soal relasi yang dalam. Pemuridan bukanlah sebuah mekanisme pembelajaran yang statis, melainkan sangatlah dinamis. Pemuridan tidak hanya mengandalkan pemikiran atau logika pikiran melainkan juga melibatkan perasaan di dalamnya. Relasi yang hanya berlandaskan pada pemikiran saja akan membuat relasi yang ada menjadi relasi yang kaku dan penuh dengan batasan dan ikatan. Perasaan membuat relasi menjadi semakin pribadi dan dinamis. Kombinasi pemikiran dan perasaan kita atas relasi dengan Kristus di dalam pemuridan akan sangat memperkaya dan memperdalam relasi yang terjadi. Hal ini akan menciptakan ketaatan dan ketundukan pada Kristus secara natural dan bebas karena cinta yang dalam pada Kristus dan bukan karena tekanan dan paksaan.
Ketujuh, Pemuridan tidak meminta kita untuk menarik diri dari dunia melainkan untuk mewarnai dunia. Pemuridan tidak membuat seseorang hanya peduli dengan diri dan kelompoknya atau hanya peduli dengan kerohanian tanpa peduli dengan dunia (asketis). Pemuridan seharusnya memiliki output yang nyata bagi dunia dimana setiap anggotanya berada. Kita perlu ingat bahwa kita sedang berada di dunia, dan ini berarti apapun yang terjadi dengan dunia ini termasuk ke dalam tanggung jawab kita juga sebagai warga dunia. Dunia saat ini membutuhkan orang-orang yang memliki integritas dan spiritualitas yang tertempa baik di dalam wadah pemuridan. Apalah gunanya jika kita sangat rohani namun tidak membagikan dan menularkan hal tersebut kepada dunia? Penonton tidak akan membawa perubahan, pemain lah yang akan membawa perubahan. Jadi, setiap orang yang melakukan pemuridan haruslah berdampak bagi dunia dimana ia berada, mungkin itu berarti berperan dan menjadi berkat di tengah-tengah keluarga, lingkungan, gereja, bangsa, bahkan mungkin saja dunia.
Kita adalah obyeknya, pemuridan adalah wadah pembentukannya, dan Kristus lah yang menjadi pribadi yang membentuk kita. Marilah kita melakukan pemuridan di dalam kehidupan kita karena apalah gunanya kita menjadi Kristen jika kita tidak menjadi imitator-imitator Kristus yang berperan nyata bagi dunia ini.Go Pemuridan Go....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar