annyeonghaseoyo Nina imnida,, I'am christian and My Jesus is my MY SAVIOUR i'am a girl who love k-pop so much :-)
November 12, 2013
Pemuridan yang Radikal
Pemuridan
yang Radikal
by
Robert W. Musung.
Pemuridan adalah hal yang mulai ‘naik
daun’ akhir-akhir ini. Banyak gereja dan persekutuan yang sedang gencar
menggalakkan pemuridan di lingkungan pelayanannya. Bahkan agama lain pun sudah
melihat betapa besar dampak yang bisa dihasilkan dari pemuridan sehingga
pola-pola pemuridan pun sudah diadopsi sedemian rupa untuk diterapkan di
lingkungan masing-masing. Ada begitu banyak bentuk, nama, dan pola dari
pemuridan yang beredar sekarang di masyarakat luas.
Banyak buku yang menuliskan tentang
hal ini, banyak bahan tentang hal ini yang bisa kita dapatkan di internet hanya
dengan mengetikkan kata ini di situs-situs pencarian yang ada. Pencarian kata “Pemuridan”
di situs GOOGLE menghasilkan 84900 temuan. Hal ini membuktikan bahwa frase ini
atau kata “Pemuridan” adalah kata yang cukup familiar dan mudah dicari
maknanya.Namun apakah pemuridan-pemuridan tersebut sudah tepat dan sesuai
dengan apa yang dimaksudkan dan dicontohkan oleh Alkitab dan Yesus?
Pemuridan yang Radikal adalah pemuridan
yang kembali ke dasar atau esensi awalnya.Adapun hal-hal dasar atau esensi dari
pemuridan adalah, Pertama,Pemuridan bukanlah penginjilan, melainkan merupakan follow Up
dan tempat persiapan. Pemuridan berisi sekumpulan orang yang ingin belajar
dan bertumbuh keimanannya di dalam Kristus dengan bimbingan seorang guru atau
pemimpin yang telah terlebih dahulu melalui proses pemuridan. Mereka yang sudah
menerima KRISTUS seharusnya mengikuti pemuridan agar makin kuat dalam
pemahamannya dan dapat mempraktekkan kehidupan yang diperbaharui oleh kristus.
Pada saatnya mereka juga akan membagikan sukacita yang mereka miliki kepada
orang lain dan melakukan pemuridan kepada orang-orang yang telah dibagikan
kabar sukacita olehnya.
Kedua, Pemuridan bukanlah soal
belajar Firman Tuhan, melainkan soal menghidupi dan diubahkan oleh Firman
Tuhan. Belajar Firman Tuhan bisa dilakukan dengan
banyak cara, kita bisa belajar melalui khotbah di gereja, buku, film rohani,
video di internet, dan sebagainya. Jika soal belajar Firman Tuhan yang mengisi
otak kita adalah sesuatu hal, maka menghidupi dan diubahkan oleh Firman Tuhan
adalah lain hal. Belajar Firman Tuhan tidaklah menuntut apa-apa yang
‘menyusahkan’ kita, lain halnya dengan menghidupi dan diubahkan yang membutuhkan
proses panjang dan menyakitkan untuk bisa melakukan hal tersebut. Pemuridan
menyediakan sarana, wadah, dan pertolongan yang tepat untuk melalui proses
panjang dan menyakitkan tersebut.
Ketiga, Pemuridan efektif
dilakukan dalam kelompok kecil dan bukannya kelompok besar. Pemuridan mengajak setiap anggotanya untuk mempraktekkan Firman Tuhan
dan memantau perkembangan setiap anggotanya. Hal ini membutuhkan sumber daya
ekstra dari pemimpin atau guru sebuah kelompok pemuridan, karena selain
membagikan Firman Tuhan dan mendorong anggota untuk mempraktekkan Firman Tuhan,
ia juga berbagi hidup dengan setiap anggotanya. Ia harus menjadi teladan dari
setiap anggota kelompok yang dipimpinnya dalam setiap segi kehidupannya, inilah
yang dimaksud dengan berbagi hidup. Ia akan berbagi kesuksesan, kegagalan,
pengalaman, kesenangan, kesusahan, hobi, dan semua bagian hidupnya, bahkan
mungkin itu juga menuntut pengorbanan dana, tenaga, pikiran, perasaan, dan lain
sebagainya. Jadi, pemuridan tidak hanya terjadi di saat waktu pertemuan untuk
belajar Firman Tuhan saja, melainkan di setiap saat kehidupan, atau dengan kata
lain pemuridan adalah bagian hidup dari setiap orang yang menjalaninya. Hal-hal
inilah yang menyebabkan pemuridan efektif jika dilakukan di dalam kelompok
kecil.
Keempat, Pemuridan bukan
tentang menjadi seorang Kristen, melainkan menjadi imitator Kristus.Fokus dari kekristenan seharusnya adalah untuk menjadikan orang
imitator Kristus dan bukannya untuk ‘mengKristenkan’ orang. Hal ini senada
dengan ucapan seorang teolog Kristen Jerman bernama Dietrich Bonhoeffer yang mengatakan
“Kekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus”. Kristen
hanyalah sebuah label yang tidak berguna tanpa ada Kristus di dalamnya.
Pemuridan adalah alat untuk menjadikan seseorang imitator Kristus, karena
selain ada proses belajar didalamnya juga ada proses latihan dan praktek
pembelajaran yang dilakukan atas Alkitab. Oleh karena itulah maka fokus dari
pemuridan haruslah terletak pada pribadi Kristus dan bukannya pada pribadi guru
dan muridnya.
Kelima, Pemuridan membutuhkan
ketaatan ekstrim tanpa batas. Bonhoeffer menulis
“Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia menawarkannya untuk datang dan mati”. Penaklukan
diri dan kerendahan hati adalah hal yang akan menolong proses pemuridan. Setiap
orang yang menjalani proses pemuridan harus menaklukkan ego pribadi dan rendah
hati dalam setiap pembelajaran yang didapatkan. Kehidupan bersama Kristus hanya
bisa didapatkan dengan datang kepada Kristus dan mematikan hal-hal yang
menghalanginya. Ego dan nafsu pribadi adalah dosa-dosa yang selalu membawa kita
semakin jauh dari keserupaan dengan Kristus, itulah sebabnya maka hal-hal
tersebut harus dimatikan.
Keenam, Pemuridan tidak bicara
tentang ketaatan pada seperangkat aturan ‘Kristen’ melainkan berbicara soal
relasi yang dalam. Pemuridan bukanlah sebuah
mekanisme pembelajaran yang statis, melainkan sangatlah dinamis. Pemuridan
tidak hanya mengandalkan pemikiran atau logika pikiran melainkan juga
melibatkan perasaan di dalamnya. Relasi yang hanya berlandaskan pada pemikiran
saja akan membuat relasi yang ada menjadi relasi yang kaku dan penuh dengan
batasan dan ikatan. Perasaan membuat relasi menjadi semakin pribadi dan
dinamis. Kombinasi pemikiran dan perasaan kita atas relasi dengan Kristus di
dalam pemuridan akan sangat memperkaya dan memperdalam relasi yang terjadi. Hal
ini akan menciptakan ketaatan dan ketundukan pada Kristus secara natural dan
bebas karena cinta yang dalam pada Kristus dan bukan karena tekanan dan paksaan.
Ketujuh, Pemuridan tidak
meminta kita untuk menarik diri dari dunia melainkan untuk mewarnai dunia. Pemuridan tidak membuat seseorang hanya peduli dengan diri dan
kelompoknya atau hanya peduli dengan kerohanian tanpa peduli dengan dunia
(asketis). Pemuridan seharusnya memiliki output yang nyata bagi dunia dimana
setiap anggotanya berada. Kita perlu ingat bahwa kita sedang berada di dunia,
dan ini berarti apapun yang terjadi dengan dunia ini termasuk ke dalam tanggung
jawab kita juga sebagai warga dunia. Dunia saat ini membutuhkan orang-orang
yang memliki integritas dan spiritualitas yang tertempa baik di dalam wadah
pemuridan. Apalah gunanya jika kita sangat rohani namun tidak membagikan dan
menularkan hal tersebut kepada dunia? Penonton tidak akan membawa perubahan,
pemain lah yang akan membawa perubahan. Jadi, setiap orang yang melakukan
pemuridan haruslah berdampak bagi dunia dimana ia berada, mungkin itu berarti
berperan dan menjadi berkat di tengah-tengah keluarga, lingkungan, gereja,
bangsa, bahkan mungkin saja dunia.
Kita adalah obyeknya, pemuridan
adalah wadah pembentukannya, dan Kristus lah yang menjadi pribadi yang
membentuk kita. Marilah kita melakukan pemuridan di dalam kehidupan kita karena
apalah gunanya kita menjadi Kristen jika kita tidak menjadi imitator-imitator
Kristus yang berperan nyata bagi dunia ini.Go
Pemuridan Go....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar